Mohon tunggu...
Yuni Yuni
Yuni Yuni Mohon Tunggu... Pengawas Pai

Mempunyai hobi membaca dan menulis, aktif di komunitas menulis kab Bekasi (KPPBR), aktif menulis di gurusiana, kompasiana, blogger, majalah, web kemenag, S1 UIN SGD Bandung, S2 UNISMA 45 Bekasi, S3 UNJ

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Munggahan dan Pawai Obor: Perayaan dan Persiapan Menuju Bulan Suci Ramadhan

21 Maret 2023   21:26 Diperbarui: 21 Maret 2023   22:29 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjelang  bulan Ramadhan tahun 2023 ini banyak tradisi yang menarik yang dilakukan masyarakat khususnya yang beragama Islam untuk menyambut datang bulan Ramadhan salah satu tradisi tersebut adalah munggahan, munggahan sebagai sebuah tradisi atau kebiasaan yang dilakukan masyarakat termasuk di kabupaten Bekasi. 

Tradisi  menurut wikipedia yaitu sebuah bentuk perbuatan/kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang dengan cara yang sama dan terus menerus karena dinilai bermanfaat bagi sekelompok orang, sehingga dilestarikan pelaksanaannya, diambil dari bahasa latin ''Tradere'' yang bermakna mentransmisikan dari satu tangan ke tangan lain untuk dilestarikan.

Di kabupaten Bekasi khususnya di kementerian Agama Kabupaten Bekasi tradisi munggahan setiap tahun dilaksanakan, masing-masing pegawai membawa makanan dan di makan bersama-sama. Munggahan berasal dari kata unggah yang berarti naik atau meningkat, sesuai dengan pengertiannya kata munggah tersirat arti perihal perubahan ke arah yang lebih baik, berasal dari bulan sya'ban menuju bulan Ramadhan untuk meningkatkan kualitas iman kita saat sedang berpuasa dalam bulan Ramadhan.

Maksudnya munggahan itu berarti naik ke tempat tinggi, ke tempat yang lebih mulia yang dilakukan pada saat bulan Sya'ban dalam memasuki bulan Ramadhan yaitu bulan yang penuh dengan berkah dan ampunan. Pada saat bulan Ramadhan ibadah dengan hukum sunnah akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda, apalagi melaksanakan ibadah yang hukumnya wajib, semua berlomba melaksanakan kebaikan.

Idealnya peningkatan ibadah dilaksanakan setiap hari namun aura bulan Ramdhan memang berbeda ditambah banyak dalil yang menguatkan tentang amal ibadah yang dilakukan di bulan ini. Dalam tradisi munggahan sering digunakan sebagai ajang bersilaturahmi dengan saudara dan kerabat yang berada di jauh tempat tinggalnya, atau acara makan-makan bersama teman, sahabat dan tetangga terdekat

Tradisi munggahan yang dilakukan sebelum bulan ramadhan mempunyai latar belakang yang berbeda-beda di setiap daerah di Indonesia. Secara umum tradisi munggahan sebelum bulan ramadhan dilakukan sebagai bentuk perayaan dan persiapan menjelang bulan suci tersebut. Biasanya masyarakat akan berkumpul dan mempersiapkan hidangan untuk dimakan bersama-sama. Tradisi ini dapat dijadikan juga sebagai momen untuk berbagi kepada sesama seperti fakir miskin dan anak yatim piatu.

Tradisi lainnya yang tidak kalah menarik terutama untuk anak-anak dan remaja yaitu tradisi pawai obor sebelum bulan puasa. Secara umum tradisi ini dilakukan sebagai bentuk perayaan dan persiapan menjelang bulan puasa. Tradisi pawai obor biasanya dilakukan pada malam hari sebelum bulan puasa dimulai. Masyarakat akan berkumpul dan membawa obor yang dinyalakan untuk diarak keliling kampung atau perumahan, di puri cikarang hijau dilaksanakan pada malam selasa dua hari sebelum Ramadhan, jika hari pertama ditetapkan pada kamis tanggal 23 Maret 2023. Pawai ini biasanya diikuti oleh anak-anak dan remaja dan dipantau oleh orang dewasa.

Pawai obor sebelum bulan puasa dianggap sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur atas datangnya bulan suci, juga sebagai momen untuk mempersatukan masyarakat dan meningkatkan kebersamaan di antara mereka. Namun tidak semua daerah atau perumahan melaksanakan pawai obor mungkin karena bisa memunculkan keramaian yang tidak terkendali dan dapat menimbulkan kecelakaan akibat obor yang dinyalakan oleh karena itu membutuhkan pengawasan orangtua ketika pawai berlangsung.

Tradisi ini perlu dibiasakan agar anak-anak merasakan ghiroh akan bulan Ramadhan, sehingga tradisi yang bernilai keagamaan ini tidak akan hilang tergerus arus globalisasi salah satunya yaitu demam K-pop yang cukup menggoyahkan tradisi di Indonesia di kalangan remaja.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun